Tuesday, August 1, 2017

Dokumentasi dalam Software Testing

dokumentasi-software-testing
Dokumentasi software testing melibatkan dokumen artefak yang harus dikembangkan sebelum dan sesudah testing software.

Dokumentasi pada software testing membantu dalam memperkirakan upaya pengujian yang diperlukan, cakupan uji, tracking, dan lain-lain. Berikut adalah jenis dokumentasi yang umum digunakan terkait dengan pengujian software seperti:

  1. Test Plan
  2. Test Scenario
  3. Test Case
  4. Traceability Matrix

Test Plan

Test Plan merupakan dokumen yang digunakan untuk  menguraikan strategi yang akan digunakan untuk menguji aplikasi, sumber daya yang akan digunakan, lingkungan pengujian dimana pengujian akan dilakukan, dan keterbatasan pengujian dan jadwal kegiatan pengujian. Biasanya leader Software QA akan bertanggung jawab untuk menulis Test Plan.

Berikut adalah poin-poin yang harus ada di dalam test plan:

  • Pengantar dokumen test plan
  • Asumsi saat menguji aplikasi (waktu pengujian, jumlah tester, device yang dibutuhkan, dll)
  • Daftar test case yang akan digunakan
  • Daftar fitur-fitur yang akan di test
  • Jenis-Jenis testing yang digunakan saat testing software 
  • Sumber daya yang akan digunakan
  • Resiko-resiko yang mungkin akan muncul pada saat pengetesan
  • Jadwal dan tugas tiap-tiap tester yang ada dalam tim

Test Scenario

Test Scenario / Scenario test adalah pernyataan satu baris yang memberitahukan bidang mana dalam aplikasi yang akan diuji. Test Scenario  digunakan untuk memastikan bahwa semua aliran proses diuji dari ujung ke ujung (contoh: dari register, login, sampai logout). Area aplikasi tertentu hanya memiliki satu Test Scenario (contoh: website a mempunyai 1 scenario test, dimana terdapat puluhan scenario seperti login, register, logout, upload dll)
contoh-test-scenario

Test Case

Test Case meliputi step-step, kondisi dan inputan yang bisa digunakan selama pengujian. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memastikan apakah sebuah software  lolos atau gagal dalam hal fungsionalitas dan aspek lainnya. Ada banyak jenis test case, seperti functional test, positive test, negative test, error test, logical test, UI test dll

Selanjutnya test case ditulis untuk tracking jangkauan testing software. Umumnya, tidak ada template formal yang bisa digunakan saat test case. Namun, ada poin-poin utama yang harus tersedia di dalam setiap test case, contohnya:

  • Test case id:
  • Unit to test: Apa yang harus di verifikasi?
  • Assumptions:
  • Test data: Variables dan values
  • Steps to be executed:
  • Expected result:
  • Actual result:
  • Pass/Fail:
  • Comments:

contoh-test-case

Baca Juga: Tips Membuat Test Case / Scenario Test

Istilah Test Scenario dan Test Case digunakan secara bergantian, dimana test scenario biasanya lebih banyak step nya dibanding dengan test case, dimana test case hanya memiliki single step. Dilihat dari perspective nya test scenario sama dengan test case.

Traceability Matrix

Traceability Matrix (juga dikenal sebagai Requirement Traceability Matrix - RTM) adalah tabel yang digunakan untuk melacak persyaratan selama Software Development Life Cycle. dapat digunakan untuk pelacakan ke depan (yaitu dari Persyaratan untuk Desain atau Pengkodean) atau mundur (yaitu dari Coding to Requirements). Ada banyak template yang ditentukan pengguna untuk RTM.

Setiap persyaratan dalam dokumen RTM dihubungkan dengan test case terkait sehingga pengujian dapat dilakukan sesuai persyaratan yang disebutkan. Selanjutnya, Bug ID juga disertakan dan dihubungkan dengan persyaratan dan uji yang terkait.

Tujuan utama untuk matriks ini adalah:

  • Pastikan perangkat lunak dikembangkan sesuai persyaratan yang disebutkan.
  • Membantu menemukan akar penyebab bug.
  • Membantu menelusuri dokumen yang dikembangkan selama fase SDLC yang berbeda.


EmoticonEmoticon